Meskipun beliau bernama sunan kudus, namun sebenarnya
bukan asli dari Kudus. Beliau pendatang dari daerah Jipang Ponolan yang
merupakan daerah di sebelah utara Blora. Di sana, ia dilahirkan dan diberi nama
Ja’far Shodiq. Beliau merupakan putra hasil dari pernikahan Sunan Ngudung
(raden Usman Haji ) dengan Syarifah. Sunan Ngudung sendiri terkenal sebagai seorang panglima perang yang
tangguh. Suatu hari, ia tewas dalam peperangan antara demak dan
majapahit. Setelah itu putranya, yaitu Ja’far shodiq menggantikan posisi
ayahnya. Tugas utamanya adalah menaklukkan wilayah kerajaan majapahit untuk
memperluas kekuasaan demak.Ja’far shodiq tidak merasa asing ketika bertanggung
jawab sebagai senopati. Karena saat
beliau masih remaja, beliau tidak hanya mempelajari ilmu agama, namun juga ilmu
ilmu yang lain, seperti ilmu kemasyarakatan, politik, budaya, seni dan
perdagangan. Selain kepada ayahnya, ia juga pernah menimba ilmu kepada Sunan
Ampel dan Kiai Telingsing. Sebenarnya nama asli dari kiai telingsing adalah Tai
Link Tsing, ia berasal dari China. Ketika itu china sudah dikenal
sebagai Negara yang maju. Bahkan, negar cina sudah maju sejak dulu.
Menurut cerita, suatu hari Tai Li Tshing datang
bersama laksamana Cheng Hoo. Ketika itu
laksamana Cheng hoo berlayar dari negeri satu ke negeri lainnya. Di samping
itu, laksamana cheng hoo juga mempunyai visi untuk menyebarkan islam di wilayah
asia tenggara. Dalam pelayarannya, ia mendarat di pelabuhan Semarang.Tai Li
Tshing ikut serta dalam rombongan Cheng Hoo. Dalam perjalanannya, akhirnya ia sampai
di Blora, jawa tengah. Kemudian ia mengembangkan dakwah islam di daerah juwana,
pati, yang berdekatan dengan blora. Dan Ja’far sodik merupakan murid kesayangan
dari Tai Li Tsing. Maka sangat wajar jika Ja’far shodiq selain mendapatkan ilmu
agama, juga mendapatkan ilmu social dan kemasyarakatan, serta ilmu-ilmu yang
lain. Pada kenyataannya, ja’far shodiq sebagai senopati kerajaan demak bintoro,
mampu membuktikan kehebatannya yang tak kalah dengan kepiawaian ayahnya di
medan perang. Ia berhasil mengembangkan wilayah kerajaan demak ke arah
timur hingga mencapai madura, dan arah barat hingga cirebon. Kemudian sukses
ini memunculkan cerita kesaktiannya. Misalnya, sebelum perang, Ja’far shodiq
diberi badong, semacam rompi, oleh sunan gunung jati. Badong itu dibawahnya
berkeliling arena perang.Dari badong sakti itu, keluarlah jutaan tikus yang
juga sakti. Kalau dipukul maka tikus itu tidak mati, namun mereka semakin
mengamuk sejadi-jadinya. Pasukan majapahit ketakutan sehingga mereka lari
tunggang langgang. Ja’far shodiq juga mempunyai sebuah peti, yang bisa
mengeluarkan jutaan tawon. Banyak prajurit majapahit yang tewas disengat tawon
itu. Pada akhirnya, pemimpin pasukan majapahit, yaitu adipati terung menyerah
pada pasukan ja’far shodiq. Kesuksesannya mengalahkan majaphit
membuat posisi Ja’far shodiq semakin kuat. Kemudian ia meninggalkan demak
karena ingin hidup merdeka dan membaktikan seluruh hidupnya untuk kepentingan
agama islam. Lalu, ia pergi menuju ke kudus. Namun, kedatangannya di kudus
tidak jelas. Ketika ia menginjakkan kaki di kudus, kota itu masih bernama
tajug, konon, orang yang mula-mula mengembangkan islam di kota tajug sebelum
ja’far shodiq adalah kiai telingsing. Cerita ini menunjukkan bahwa kota itu
sudah berkembang sebelum kedatangannya.
Awalnya, ja’far shodiq hidup di tengah jamaah dalam
kelompok kecil di tajug. Jamaah itu merupakan para santri yang dibawanya dari
demak. Sebenarnya mereka adalah tentara yang ikut bersama ja’far shodiq
memerangi majapahit. Setelah jamaahnya semakin banyak ia kemudian membangun
masjid sebagai tempat ibadah dan pusat penyabaran agama. Tempat ibadah
yang diyakini dibangun oleh Ja’far shodiq adalah masjid menara kudus yang masih
berdiri hingga kini. Masjid ini didirikan pada 956 H yang bertepatan dengan
1549 M. Kota Tajug pun mendapat nama baru, yakni Quds, yang kemudian berubah
menjadi kudus. Kemudian pada
akhirnya ja’far shodiq sendiri dikenal dengan sebutan sunan Kudus. Dalam
menyebarkan agama islam, sunan kudus mengikuti gaya sunan kalijaga, yakni
menggunakan model “tutwuri handayani”. Artinya, sunan kudus tidak melakukan
perlawanan keras, melainkan mengarahkan masyarakat sedikit. Sebab, ia memang
banyak berguru pada sunan kalijaga. Cara berdakwah sunan kudus pun yang
meniru cara yang dilakukan sunan kalijaga, yaitu menoleransi budaya setempat,
bahkan cara penyampaiannya lebih halus. Itu sebabnya para wali menunjuk dirinya
untuk berdakwah di kota kudus. Cerita Sunan kudus. Ketika itu, masyarakat kudus masih banyak yang menganut
agama Hindu. Maka, sunan kudus berusaha memadukan kebiasaan merelakan ke dalam
syariat islam secara halus. Misalnya, ia justru menyembelih kerbau bukan sapi
ketika hari raya idul qurban. Itu merupakan dari penghormatan sunan kudus
kepada para pengikut Hindu. Sebab, ajaran agama hindu memerintahkan untuk
menghormati sapi. Setelah berhasil menarik umat hindu memeluk agama islam,
sunan kudus bermaksud menjaring umat budha untuk memeluk islam juga. Ia
memiliki cara yang cukup unik untuk menarik perhatian mereka. Setelah sunan
kudus mendirikan masjid, ia membuat padasan (tempat berwudhu), dengan
pancuran berjumlah delapan. Masing-masing pancuran diberi arca di atasnya. Mengapa
sunan kudus melakukan ini? Ternyata, sunan kudus ingin menarik simpati umat
Buddha karena dalam ajaran budha terdapat delapan ajaran yang dinamakan asta
sanghika marga. Isi ajaran tersebut adalah seseorang harus memiliki
pengetahuan yang benar, mengambil keputusan yang benar, berkata yang benar,
bertindak atau berbuat yang benar, hidup dengan cara yang benar, bekerja dengan
benar, beribadah dengan benar dan menghayati agama dengan benar. Akhirnya,
usaha itu pun membuahkan asil, sehingga banyak orang yang bergama budha
berbondong-bondong memeluk islam. Demikian pula dalam hal adapt istiadat, ia tidak
langsung menentang masyarakat yang melenceng dari ajaran islam secara keras.
Sebagai contoh, masyarakat sering menambur bunga di perempatan jalan, mengirim
sesajen di kuburan dan adapt lain yang melenceng dari ajaran islam. Sunan kudus
tidak langsung menentang adapt itu, tetapi ia mengarahkannnya sesuai ajaran
islam dengan pelan-pelan. Misalnya, sunan kudus mengarahkan agar sesajen yang
berupa makanan diberikan kepada orang yang kelaparan. Ia juga mengajarkan bahwa
meminta permohonan bukan kepada ruh, tetapi kepada Allah SWT ,Dengan cara yang
simpatik tersebut membuat para penganut agama lain bersedia mendengarkan
ceramah agama islam dari sunan kudus. Surat Al Baqarah yang dalam bahasa arab
berarti sapi, sering dibacakan oleh Sunan Kudus untuk lebih memikat pendengar
yang beragama Hindu. Bahkan membangun masjid kudus dengan tidak meninggalkan
unsure aristektur Hindu. Sebba, bentuk menaranya tetap menyisakan arsitektur
gaya hindu. Di antara bekas peninggalan sunan kudus adalah masjid raya kudus
yang kemudian dikenal dengan sebutan menara kudus. Di halaman masjid tersebut
terdapat sebuah menara kuno yang indah. Adapun mengenai asal usul nama kudus
bahwa sunan kudus pernah pergi naik haji sambil menuntut ilmu di tanah arab,
kemudia ia juga mengajar di sana. Konon, masyarakat arab waktu itu terjangkit
suatu wabah penyakit yang membahayakan. Dan, penyakit itu mereda berkat jasa
sunan kudus. Karena itu, seorang pejabat setempat berkenan untuk memberikan
sebuah hadiah kepadanya. Tetapi ia menolaknya dan hanya meminta sebuah batu
sebagai kenang-kenangan. Menurut suatu cerita, batu tersebut
berasal dari kota baitul Maqdis atau jarusalem. Maka, untuk memepringati kota
tempat ja’far shodiq hidup dan tinggal, kemudian ia memberinya nama kudus. Bahkan,
menara yang terdapat di depan masjid pun menjadi tekanan dengan sebutan menara
kudus.Kebiasaan unik sunan kudus dalam berdakwah, yakni ia selalu mengadakan acara bedug
dandangan. Acara ini
merupakan kegiatan menunggu kedatangan bulan ramadhan. Ia menabuh beduk
bertalu-talu untuk mengundang para jmaah ke masjid. Ia pun mengumumkan hari
pertama puasa setelah jamaah berkumpul di masjid. Sekarang ini, cara dandangan
masih berlangsung tapi sudah jauh aslinya. Banyak orang dating kea real masjid
menjelang ramadhan. Tetapi, mereka bukan hendak mendengarkan pengumuman awal
puasa. Mereka hanya membeli berbagai makanan yang dijajakan para pedagangan
musiman. Sunan kudus sendiri wafat dan dimakamkan di sebelah barat masjid jami’
kudus. Jika orang memandang menara masjid kudus ada yang lain, aneh, dan
artistik, mereka pasti akan segera teringat pada pendidirinya, yaitu sunan
kudus. Itulah ulasan mengenai cerita sunan kudus, mengenai asal
usulnya, cara berdakwahnya sunan kudus. Semoga cerita wali songo di atas bisa
menambah pengetahuan kamu tentang para sunan penyebar di pulau jawa, dapat
meneladani sifat terpuji mereka. Aamiin.
0 Komentar untuk "Sunan Kudus (Ja’far Shodiq)."