Legenda Goa Kreo dan Nama Jatingaleh
Konon Legenda Gua
Kreo tak terpisahkan dengan legenda asal mula nama Jatingaleh, sebuah kelurahan
di lereng Bukit Gombel, Kecamatan Candisari, Kota Semarang. Dikisahkan, dahulu seorang wali yang punya
kemampuan lebih, seperti Sunan Kalijaga, dapat berkomunikasi dengan tumbuhan
dan binatang. ... Lihat SelengkapnyaBahkan, ada pula pohon-pohon yang dipercaya
bisa berpindah tempat.
Menurut legenda, kayu jati yang akan digunakan sebagai salah satu saka guru
Masjid Agung Demak, adalah potongan kayu dari pohon jati yang berada di lereng
Bukit Gombel. Ajaibnya, sewaktu Sunan Kalijaga akan mengambil kayu jati di
kawasan tersebut, ternyata pohon jati itu sudah tidak ada.
Sunan Kalijaga kemudian mencari ke mana pohon jati itu berpindah. Dia terus
mencari sampai ke hutan yang saat ini dikenal sebagai kawasan Gua Kreo.
Sedangkan tempat asal pohon jati itu kemudian diberi nama Jatingaleh (bahasa
Jawa) yang artinya ”jati berpindah”.
Akhirnya Sunan Kalijaga menemukan kayu jati yang berpindah itu, tetapi berada
di tempat yang sulit untuk diambil. Dia kemudian bersamadi di dekat sebuah gua,
hingga datang empat ekor kera, masing-masing berbulu merah, kuning, putih, dan
hitam. Kera-kera itu menyampaikan niat baik ingin membantu Sunan Kalijaga
mengambil kayu jati yang diinginkan. Sunan Kalijaga menerima bantuan mereka
dengan senang hati, akhirnya kayu jati itu berhasil diambil dari tempat yang
sulit.
Saat Sunan Kalijaga dan sahabat-sahabatnya hendak membawa kayu jati itu ke
Kerajaan Demak untuk dibuat saka guru Masjid Agung Demak, keempat kera itu
menyatakan ingin ikut serta. Karena mereka bukan manusia, Sunan Kalijaga keberatan.
Namun sebagai balas jasa, kera-kera itu mendapat anugerah kawasan hutan di
sekitar gua. Mereka diberi kewenangan ngreho (bahasa Jawa) yang berarti
”memihara” atau ”menjaga”. Dari kata ngreho itulah nama Gua Kreo berasal, dan
sejak itu kera-kera yang menghuni kawasan ini dianggap sebagai pemelihara atau
penjaga.
Sampai sekarang, Gua Kreo yang terletak di lereng Bukit Kreo, termasuk objek
paling favorit yang didatangi pengunjung. Menurut Karyadi, kedalaman gua
mencapai 25 meter. Sekitar 10 meter di sebelah kanan Gua Kreo, ada lagi sebuah
gua bernama Gua Landak.
”Gua Landak kedalamannya 30 meter. Tapi gua ini dibuat oleh pengelola Gua Kreo,
bukan petilasan Sunan Kalijaga,” kata Karyadi.
Bagi pengunjung yang punya nyali, banyak yang berani memasuki kedua gua itu
hanya untuk berfoto-ria. Selanjutnya, kami melacak petilasan Sunan Kalijaga ke
puncak Bukit Kreo yang berketinggian 350 meter di atas permukaan laut. Di situ
terdapat monumen batu.
Monumen ini dibangun untuk menandai petilasan Sunan Kalijaga saat dia bersama
sahabat-sahabatnya dan empat kera yang membantu, mengadakan acara selamatan
dengan makan bersama, sebagai rasa syukur mereka telah berhasil mengambil kayu
jati dari tempat yang sulit. Lauknya adalah sate kambing.
Seusai makan, tusuk-tusuk sate itu dibuang ke tanah hingga terdengar suara
gemerincing. Tempat dibuangnya tusuk sate itu kemudian tumbuh serumpun bambu
yang dinamakan bambu kerincing. Ajaibnya, batang bambu itu ketika dipatahkan
tercium aroma daging kambing. semoga informasi ini bermanfaat.......
Tag :
Kearifan lokal,
Legenda
0 Komentar untuk "Legenda Goa Kreo dan Nama Jatingaleh "