Sejarah Kabupaten Banyumas
Menurut penelitian, maka hutan Mangli daerah Kejawar sebagai tempat pertama dibangunnya pusat pemerintahan Adipati Wargo Oetomo II setelah meninggalkan Wirasaba. Menurut riwayat yang juga dipercayai masyarakat, beliau menerima wisik supaya pergi ke suatu tempat tumbuhnya pohon Tembaga. Di hutan Mangli inilah diketemukan pohon Tembaga yang dimaksud ; yaitu di sebelah Timur pertemuan sungai Pasinggangan dan sungai Banyumas.
Alun-Alun
Banyumas Lama
|
Kemudian mulailah dibangun tempat
tersebut sebagai pusat pemerintahan dengan dibiayai oleh Kjai Mranggi Semu di
Kejawar. Ketika sedang sibuk-sibuknya membangun pusat pemerintahan itu,
kebetulan pada waktu itu ada sebatang kayu besar hanyut di sungai Serayu. Pohon
tersebut namanya pohon Kayu Mas yang setelah diteliti berasal dari Desa
Karangjambu (Kecamatan Kejobong, Bukateja, Kabupaten Purbalinga), sekarang
sebelah timur Wirasaba. Anehnya kayu tersebut terhenti di sungai Serayu dekat
lokasi pembangunan pusat pemerintahan. Adipati Marapat tersentuh hatinya
melihat kejadian tersebut, kemudian berkenan untuk mengambil Kayu Mas tersebut
untuk dijadikan Saka Guru.Karena kayu itu namanya Kayu Mas dan hanyut terbawa
air (banyu), maka pusat pemerintahan yang dibangun ini kemudian diberi nama
Banyumas (perpaduan antara air (banyu) dan Kayu Mas)).
B. Hubungan antara Mataram I,
Majapahit, Pakuan Pajajaran, Pajang dan Banyumas.
Perlu
diterangkan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan hubungan disini terutama
kaitan antara daerah Banayumas dengan beberapa negara (kerajaan) sebelumnya.
Banyumas bukannya timbul secara tiba-tiba, tetapi mempunyai alur yang cukup
panjang. Dalam cerita babad terkaitlah sejarah Banyumas dengan Majapahit
(Raden Aria Baribin) dan Pakuan Pajajaran, tetapi keterkaitannya dengan
Mataram I (Mangli) tidak tercatat. Bahkan masyarakat mengira/mungkin hanya
mengetahui bahwa Banyumas baru tampil di panggung sejarah sejak Raden
Djoko Kahiman (Wargo Oetomo II) mendirikan Banyumas sekitar tahun 1582 M.
Tetapi berdasarkan data arkeologi ternyata daerah DAS Serayu telah tampil
dalam sejarah sejak zaman Nirloka (Prehistori, temuan artefak batu berupa kapak
neolotikum) dan juga zaman Mataram I (temuanprasasti, perhiasan mas dan arca
batu). Pada zaman Mataram I, bangunan Serayu pasti merupakan jalur lalu
lintas perdagangan sungai yang ramai. Banyak pedagang yang hilir mudik
melintasi sungai Serayu. Hubungan Banyumas dengan Majapahit dan Pakuan
Pajajaran, diuraikan dalam Babad Banyumas, yaitu Raden Aria Baribin putra
Brawidjaja IV (adik Brawidjaja V) pergi meninggalkan Majapahit, karena akan
dibunuh secara diam-diam oleh kakaknya sendiri yaitu Brawidjaja V karena dikhawatirkan
kalau-kalau akan merebut kekuasaan. Dalam perjalanannya menuju Pakuan Pajajaran
beliau singgah di Bagelan dan bermalam di rumah Ki Ageng Kaleng, kemudian terus
ke Ngayah dan melanjutkan ke Kejawar singgah di rumah Ki Ageng Mranggi (orang
tua Raden Djoko Kahiman). Dari Kejawar kemudian melanjutkan perjalanannya
menuju Pasir Luhur dan baru meneruskan ke Pakuan Pajajaran menjadi seorang
petapa yang terkenal dengan nama Raden Aria Baribin Pandhita Putra.
Hubungan antara Banyumas dengan kerajaan Pajang yang sudah beragama Islam sudah
cukup jelas, karena Adipati Wargo Oetomo II diangkat oleh Sultan Pajang yaitu
Hadiwidjaja yang meninggal pada tahun 1587 M, menjadi Adipati Wirasaba VII yang
kemudian pindah ke Kejawar (hutan Mangli). Selanjutnya Kadipaten
(Kabupaten) Banyumas menjalin hubungan dengan kerajaan Mataram II (Islam).
C. Riwayat singkat Raden Djoko Kahiman
(Adipati Marapat).
Riwayat Djoko
Kahiman atau Raden Djoko Semangoen adalah putra Raden Harjo Banjaksosro Adipati
Pasir Luhur yang sejak kecil diasuh dan diambil anak angkat oleh Kjai dan Njai
Mranggi Semoe di Kejawar. Kjai Mranggi sebenarnya namanya adalah Kjai Sambarta
dan Njai Mranggi adalah Njai Ngaisah. Setelah Raden Djoko Kahiman dewasa lalu
mengabdikan dirinya pada Kjai Adipati Wirasaba yang bernama Adipati Wargo
Oetomo I dan akhirnya Raden Djoko Kahiman menjadi menantu Wargo Oetomo I,
dinikahkan dengan putri sulungnya yang bernama Rara Kartimah. Suatu ketika
Adipati Wirasaba mendapat titah Sultan agar mempersembahkan salah seorang putrinya
untuk dijadikan garwa ampean. Oleh Sang Adipati dipersembahkan putri bungsunya
yang bernama Rara Soekartijah, yang pada masa kecilnya pernah dijodohkan dengan
putra saudaranya yaitu Ki Ageng Tojareka, namun setelah dewasa Rara
Soekartijah menolak untuk berumah tangga dan bercerai sebelum berkumpul. Sakit
hati Ki Ageng Tojareka kemudian membuat fitnah yang menyebabkan murka Sultan
Pajang dan menyuruh Gandek supaya membunuh Adipati Wirasaba dalam perjalanan
pulang tanpa penelitian terlebih dahulu. Tetapi sesudah diteliti menyesallah
Sultan Pajang, kemudian menyuruh Gandek untuk menyusul Gandek terdahulu supaya
membatalkan rencana membunuh Adipati Wargo Oetomo I, namun sudah terlambat.
Tempat terjadinya di Desa Bener, maka Adipati Wargo Oetomo I juga terkenal
dengan sebutan Adipati Sedo Bener, sedangkan makam beliau di pasarehan
Pakiringan, sebelah timur kota Banyumas, sekarang masuk wilayah Purworejo
Klampok.
Penyesalan Sultan Pajang kemudian
menitahkan memanggil putra Adipati Wirasaba supaya menghadap ke Kesultanan
Pajang, namun semua putra Wargo Oetomo I tidak ada yang berani menghadap, akhirnya
dengan jiwa heroik dan patriotis karena anggapannya akan dibunuh juga,
berangkatlah Raden Djoko Kahiman menghadap Sultan Pajang. Di luar dugaan Raden
Djoko Kahiman malah diangkat menjadi Adipati Wirasaba VII dengan gelar Adipati
Wargo Oetomo II untuk menggantikan Adipati Wargo Oetomo I yang telah wafat
karena kesalah pahaman. Sultan Pajang memberikan segala kebijaksanaan Kadipaten
Wirasaba kepada Wargo Oetomo II. Dengan kebesaran jiwanya Adipati Wargo Oetomo
II tidak ingin mementingkan dirinya sendiri (mukti sendiri), karena beliau
adalah anak mantu, maka mohon restu agar diperkenankan untuk membagi daerah
kekuasaan Wirasaba menjadi 4 daerah. Menurut penelitian dan hasil seminar,
hari, tanggal, bulan, tahun diangkatnya Raden Djoko Kahiman menjadi Adipati
Wirasaba VII yang bergelar Adipati Wargo Oetomo II adalah : Jumat Kliwon,
tanggal 12 Rabiul awal 990 H bertepatan dengan tanggal 6 April 1582 M.
Sekembalinya dari Pajang maka Raden Djoko Kahiman yang telah diangkat menjadi
Adipati Wirasaba VII, beliau membagi daerah kekuasaannya menjadi empat, yaitu :
1.
Banjar Pertambakan diberikan kepada
Kjai Ngabehi Wirojoedo.
2.
Merden diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirokoesoemo.
3.
Wirasaba diberikan kepada Kjai Ngabehi Wargowidjojo.
4.
Sedangkan beliau merelakan kembali ke Kejawar dengan
maksud mulai membangun pusat pemerintahn yang baru. Ketiga saudaranya
berterimakasih dan tetap tunduk kepada Adipati Wargo Oetomo II yang diangkat
sah oleh Sultan Pajang.
Dari
uraian tersebut diatas, maka dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hari Jadi Kabupaten Banyumas adalah hari Jumat Kliwon,
tanggal 12 Rabiul awal 990 Hijriyah bertepatan dengan 6 April 1582 Masehi.
2. Adipati I (Bupati I Banyumas) ialah Raden Djoko Kahiman
putra Banjaksosro dari Pasir Luhur yang kemudian diambil anak angkat oleh Kjai
Mranggi Semoe di Kejawar, menjadi menantu Adipati Wirasaba (Adipati Wargo
Oetomo I) kemudian diangkat menjadi Adipati Wirasaba VII oleh Sultan Pajang,
yang akhirnya membagi wilayah kekuasaan Wirasaba menjadi empat daerah, sehingga
beliau terkenal dengan sebutan Adipati Marapat.
3. Daerah yang pertama kali dibangun sebagai pusat
pemerintahan ialah hutan Mangli daerah Kejawar dan sekarang terletak di Desa
Kalisube Grumbul Mangli, Kecamatan Banyumas
d Demikian informasi yang bisa saya bagikanm semoga bermanfaat.
0 Komentar untuk "Sejarah Kabupaten Banyumas"