Selamat Datang di Blog SOKARAJA WETAN

Tradisi Perkawinan Masyarakat Banyumas

Perkawinan di Banyumas masih menggunakan tradisi nenek moyang walaupun dengan perkembangan zaman, tradisi perkawinan di Banyumas sudah terakulturasi oleh budaya Surakarta dan budaya Jogyakarta. Ini terlihat pada Perkawinan Wiwit Ika Murwani dan Muhamad Suferi yang di laksanakan di desa Karangrau Banyumas. Dimana pada resepsi tersebut menggunakan busana basahan yang berasal dari Yogjakarta tetapi mereka masih menggunakan tradisi begalan yang berasal dari Banyumas. Ini adalah urut-urutan acara pernikahan di Banyumas :
1.Bleketepe
            Pemasangan Bleketepe yang dilakukan oleh orangtua pengantin adalah merupakan awal pemasangan tarub. Bleketepe adalah daun kelapa yang masih hijau dan dianyam dengan ukuran rata-rata 50 cm x 200 cm. Bleketepe yang dipasang di Tarub dan mengelilingi area untuk pernikahan, merupakan perwujudan dari suatu tempat pensucian di kahyangan para dewa yang dinamakan Bale Katapi. Bale artinya tempat, Katapi dari kata tapi yang berarti membersihkan dan memilahkan kotoran-kotoran untuk kemudian dibuang. Dengan demikian pemasangan bleketepe dapat diartikan secara luas sebagai ajakan Bapak Ibu dan calon pengantin kepada semua orang yang terlibat di dalam upacara hajatan untuk berproses bersama mensucikan hati. Siapa saja yang diundang dan kemudian datang, masuk di dalam tempat yang sudah di kelilingi Bleketepe akan bersih secara lahir dan kemudian menjadi suci secara batin. Itulah harapannya.
Jika harapan untuk menjadi suci itu terwujud, maka semua orang yang diundang masuk ke tempat upacara akan menjadi suci dan memancarkan cahaya kesucian yang disebut Nur Harapan agar semua orang yang terlibat dalam upacara perkawinan memancarkan Nur disimbolisasikan dengan pemasangan Janur atau daun kelapa muda disemua area upacara.
Selain itu pemasangan Bleketepe juga dimaksudkan sebagai tolak Bala atau sebuah doa permohonan agar dari awal hinga akhir upacara perkawinan tersebut terhindar dari mara bahaya dan segala yang jahat. Baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
Di dalam tarub ini selain Bleketepe dan Janur, kelengkapan-kelengkapan lain yang diadakan menyimbolkan sebuah harapan yang pada intinya membawa kebahagiaan dan kemuliaan khususnya pada pengantin berdua.

2.Gapuran / Gerbang Tarub
            Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu gerbang dari rumah orangtua wanita dihias dengan Tarub (dekorasi tumbuhan), Yang terdiri dari pohon pisang, buah pisang, tebu, buah kelapa dan daun beringin yang memiliki arti agar Pasangan pengantin akan hidup baik dan bahagia dimana saja. Pasangan pengantin saling cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga mereka. Dekorasi yang lain yang disiapkan adalah kembang mayang, yaitu suatu karangan bunga yang terdiri dari sebatang pohon pisang dan daun pohon kelapa.
            Dua tundun utuh pisang raja, yang dipasang di kanan dan kiri pintu gerbang tarub menyimbolkan sebuah harapan agar pengantin berdua mempunyai keluhuran seperti layaknya raja, sabda pendhita ratu, bicaranya tidak boleh mencla-mencle.
            Kelapa Gading adalah kelapa yang berwarna kuning bersih dan indah. Orang yang menanam kelapa gading harus rela setiap saat dipetik oleh orang lain untuk keperluan upacara, tanpa harus mengganti uang. Dua janjang kelapa gading yang dipasang di kanan kiri Tarub menyimbolkan sebuah harapan agar pengantin berdua nantinya merasakan keindahan hidup dengan kesabaran dan kerelaan berkorban terhadap sesama.
            Dua batang tebu wulung, berwarna keungu-unguan, besar dan lurus yang dipasang di kanan dan kiri tarub menyimbolkan sebuah harapan agar pengantin berdua berwibawa dan mempunyai pribadi yang lurus, tidak neka-neka.
            Padi dikanan kiri tarub menyimbolkan harapan agar pengantin berdua mengalami kemakmuran dan kesejahteraan lahir batin.
            Daun Apa-apa dipasang di tarub menyimbolkan harapan agar tidak terjadi apa-apa atau sesuatu yang mengganggu kelancaran upacara perkawinan. Demikain pula daun alang-alang, agar tidak terjadi halangan suatu apa pun. Daun kara, harapannya adalah lir sakara-kara yang berarti hilang dan tersingkirkan segala aral melintang. Daun beringin symbol kebesaran dan aneka dedauan yang lain.
            Setelah kanan, kiri dan atas pintu gerbang yang dipasangi Bleketepe, Janur, Tebu Wulung, Pisang Raja, Padi yang dipasang di kanan kiri pintu gerbang tarub maka terbentuklah sebuah pintu gerbang untuk memasuki area upacara yang telah dikelilingi Bleketepe. Simbolisasi dari Bale Katapi.
            Gerbang Tarub adalah gerbang yang bakal dimasuki oleh pengantin berdua, menyimbolkan pula sebagai sebuah pintu untuk memasuki dunia baru, dunia hidup berumah tangga, yang tentu saja di dalamnya penuh dengan hal-hal baru, rintangan dan godaan yang kesemuanya perlu diatasi untuk menuju kemenangan dan kesucian.
3.Siraman
       Kata Siraman berasal dari kata dasar “siram” (bahasa Jawa) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan upacara adat siraman adalah memandikan calon pengantin yang mengandung simbol membersihkan diri agar menjadi suci dan murni. Bahan-bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk malaksanakan upacara siraman adalah:
·         Kembang setaman (kantil,kenanga,cempaka,mawar,mlati,menur,arum ndalu)
·         Lima macam konyoh panca warna atau penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang diberi pewarna.
·         Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
·         Kendi atau klenting.
·         Tikar ukuran ½ meter persegi.
·         Mori putih ½ meter persegi.
·         Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang.
·         Dlingo bengle.
·         Lima macam bangun tulak  atau kain putih yang ditepinnya diwarnai biru.
·         Satu macam yuyu sekandang. Maksudnya kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning.
·         Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek (kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah).
·         Sampo dari londo merang. Larutan ini didapat dari merang yang dibakar didalam jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air. Nah air inilah yang dinamakan air londo.
·         Asem, santan kanil, 2 meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih.
·         Sabun dan handuk.
Saat akan melaksanakan siraman didahului dengan petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
·         Tumpeng robyong.
·         Tumpeng gundul.
·         Nasi asrep-asrepan.
·         Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang.
·         Empluk kecil (wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras.
·         1 butir telor ayam mentah.
·         Juplak diisi minyak kelapa.
·         1 butir kelapa hijau tanpa sabut.
·         Gula jawa 1 tangkep.
·         1 ekor ayam jantan.
            Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan hanya tujuh orang yang boleh memandikan. Dalam bahasa Jawa tujuh sama dengan pitu ( Jawa ) yang berarti pitulung (Jawa). Hal ini mengandung makna pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias (pemaes) dengan memecah kendi dari tanah liat.

4.Ngerik
        Ngerik artinya rambut-rambut kecil diwajah calon pengantin wanita dengan hati-hati dikerik oleh pemaes.Rambut penganten putri dikeringkan kemudian diasapi dengan ratus/dupa wangi. Perias mulai merias calon penganten . Wajahnya dirias dan rambutnya digelung  sesuai dengan pola  upacara perkawinan yang telah ditentukan. Sesudah selesai, penganten didandani dengan kebaya yang bagus yang telah disiapkan dan  kain batik motif sidomukti dan sidoasih, melambangkan dia akan hidup makmur dan dihormati oleh sesama. Malam itu, ayah dan ibu calon mempelai putri memberikan suapan terakhir kepada putrinya, karena mulai besok, dia sudah berada dibawah tanggung jawab suaminya. Sesaji untuk ngerik sama dengan sesaji siraman. Jadi untuk praktisnya, seluruh sesaji siraman dibawa masuk kekamar pelaminan dan menjadi sesaji untuk ngerik.

 5.Dodol Dawet
        Bermakna apabila sudah berumah tangga mendapatkan rejeki yang berlimpah ruah dan bermanfaat bagi kehidupan berumah tangga.

 6.Midodareni
        Pada upacara midodareni yang  berlangsung dimalam hari sebelum Ijab dan Temu Manten/Panggih di keesokkan harinya, kedua orang tua calon mempelai pria beserta calon mempelai pria, diantar oleh keluarga dekatnya, berkunjung kerumah orang tua calon mempelai putri. Calon mempelai putri setelah dirias dikamar pelaminan, nampak cantik sekali bagai widodari, bidadari, dewi dari kahyangan. Sesuai kepercayaan kuno, malam itu mempelai putri ditemani oleh beberapa dewi cantik dari kahyangan. Malam itu dia harus tinggal dikamar dan tidak boleh tidur dari jam 6/enam sore sampai tengah malam.Beberapa ibu sepuh menemani dan memberikan nasihat-nasihat berharga.Keluarga calon mempelai pria yang wanita, yang datang dimalammidodareni, boleh menengok calon mempelai wanita yang sudah didandani cantik, siap untuk nikah esok harinya.Sesuai adat, dikamar pelaminan ada sesaji khusus untuk upacara midodareni, ada sebelas macam makanan dan barang; selain itu ada  7/tujuh macam barang yang lain.

7.Ijab Qobul
     Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ini disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.Busana Pengantin dalam Upacara Pernikahan adat Surakarta terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu Basahan, Solo Putri, dan Solo Muslim. Busana Basahan awalnya mirip busana Tari Budhaya Ketawang di keraton. Namun, akhirnya meskipun tarian tersebut sangat sakral, tetapi sudah diijinkan untuk dikenakan oleh pengantin sekarang. Sedangkan untuk Solo Putri, untuk rias wajah mirip Busana Basahan, hanya busana yang dikenakan sangatlah berbeda. Solo Muslim ialah kreasi variatif dari Solo Putri yang dipadukan dengan jilbab zaman sekarang.
8.Begalan
         Begalan yaitu tradisi yang berasal dari Banyumas, tradisi ini seperti tari-tarian dan tradisi ini bertujuan untuk memberi penjelasan urut-urutan pernikahan. Begalan ini di lakukan di halaman pengan perempuan dimana rombongan pengantin laki-laki masuk ke halaman pengantin perempuan. Dan alat-alat yang di gunakan yaitu peralatan dapur yang memiliki filosofi bagi masyarakat Banyumas itu sendiri yang di sebut “Brenong Kepang” contohnya :
a.       Iyan
Iyan memiliki makna yaitu gumelaring jadag yang terdiri dari padon 4 : ginapet wolu, pinali rolas, sinunduk pitu, rirangkep lima.
b.    Ilir
Ilir yaitu tempat untu mendinginkan dewi sri (padi yang sudah menjadi nasi). Memiliki filosofi kita hidup harus saling mengecilkan masalah besar dan mendinginkan masalah yang panas menuju keharmonisan sebuah keluwarga.
c.       Pari
Pari memiliki makna tatacara hidup di alam semesta dimana pada saat muda harus mencari ilmu di mana masih “tegak” dan setelah tua tidak boleh tegak terus tetapi harus memikirkan “akhirat” dimana kita harus berzikir dan mengingat kepada Tuhan.
d.      Kuwali dan tutup (kekep dan cemplon”
Dimana menjalin keluwarga harus saling menutupi kejelekan dan keburukan suami istri bahkan kedua belah pihak keluwarga harus saling menutupi seperti kekep dan cemplon ini.
e.       Siwur
siwur (alat pengambil air) memiliki filosori kalo sudah isi jangan ngawur yaitu bila sudah berkeluwarga tidak boleh ngawur.
f.       Sorok
Sorok adalah alat untuk mengambil gorengan agar dingin.
Memiliki arti dimana jika terjadi permasalahan harus saling mengambil jalan keluwar dan harus saling mendinginkan.
g.      Muthu dan cirri
Muthu dan cirri adalah alat untuk membuat sambel yang memiliki filosofi untuk mencampurkan rasa.
h.      Sapu
Sapu yaitu menandakan keluwarga yang bersih dan suci, yaitu suci hati ataupun lahir.
i.        Kukusan
Kukusan yaitu mengku sepisan. Dimana bubak kawak yaitu baru mantu dan pihak laki-laki juga baru mantu.
j.        Centhong
Centhong yaitu alat untuk mengaduk atau mencampurkan. Dimana orang hidup harus bersatu jangan membeda-bedakan paham.
k.      Tampah
Tampah yaitu atal untuk membersihkan dan memisahkan barang yang jelek seperti di kehidupan kita juga harus membersihkan dan memilah-milah sesuwatu yang jelek atau buruk.
l.        Irus
Irus adalah alat untuk mengambil sayuran. Dimana mempunyai filosofi bahwa hidup itu memiliki keterbatasan dan manusia hidup untuk memenuhi kebutuhan bukan untuk memenuhi keinginan.
m.    Kendil
Kendil adalah alat untuk tempat air. Di mana rumah tangga itu sendiri harus seperti kendi yaitu tempat air yang suci atau orang yang baik.

9. Balang-balangan Suruh
        Kedua penganten bertemu dan berhadapan langsung pada jarak sekitar dua atau tiga meter, keduanya berhenti dan dengan sigap saling melempar ikatan daun sirih yang diisi dengan kapur sirih dan diikat dengan benang. Ini yang disebut ritual balangan suruh. Kedua penganten dengan sungguh-sungguh saling melempar  sambil tersenyum, diiringi  kegembiraan semua pihak yang menyaksikan. Menurut kepercayaan kuno, daun sirih punya daya  untuk mengusir roh jahat. Sehingga dengan saling melempar daun sirih, kedua pengantin adalah benar-benar pengantin sejati, bukan palsu.
 
10.Ngidak endhok

      Upacara ngidak endhog diawali oleh juru paes, yaitu orang yang bertugas untuk merias pengantin dan mengenakan pakaian pengantin, dengan mengambil telur dari dalam bokor, kemudian diusapkan di dahi pengantin pria yang kemudian pengantin pria diminta untuk menginjak telur tersebut. Ngidak endhog mempunyai makna secara seksual, bahwa kedua pengantin sudah pecah pamornya.

 11.Wiji dadi
        Penganten pria menginjak sebuah telur ayam  kampung hingga pecah dengan telapak kaki kanannya, kemudian kaki  tersebut dibasuh oleh penganten putri dengan air kembang.
Pralambang nya : rumah tangga yang dipimpin seorang suami yang bertanggung jawab  dengan istri yang baik, tentu menghasilkan hal yang baik pula termasuk anak keturunan.
Ritual memecah telur ini ada versi lain dari Yogyakarta, pelaksanaannya sebagai berikut :
Pengantin pria dan wanita berdiri  berhadapan tepat. Telapak kaki kanan mempelai pria dibasuh dengan air kembang oleh mempelai putri dengan sikap jongkok. Periastemanten sebagai pembimbing  upacara, memegang telur ayam kampung itu ditangan kanannya.Ujung telur tersebut oleh perias ditempelkan pada  dahi pengantin pria dan kemudian pada dahi pengantin wanita.Kemudian telur itu dipecah oleh perias diatas tumpukan bunga yang berada diantara kedua pengantin Ini penggambaran kedua pengantin sudah mantap dalam satu pikiran, sadar saling kasih  membina rumah tangga yang  bahagia sejahtera dan menghasilkan anak keturunan yang baik-baik.

12.Timbangan
        Upacara timbangan biasanya dilakukan sebelum kedua pengantin duduk di pelaminan. Upacara timbangan ini dilakukan dengan jalan sebagai berikut: ayah pengantin putri duduk di antara kedua pengantin. Pengantin laki-laki duduk di atas kaki kanan ayah pengantin wanita, sedangkan pengantin wanita duduk di kaki sebelah kiri. Kedua tangan ayah dirangkulkan di pundak kedua pengantin. Lalu ayah mengatakan bahwa keduanya seimbang, sama berat dalam arti konotatif. Makna upacara timbangan adalah berupa harapan bahwa antara kedua pengantin dapat selalu saling seimbang dalam rasa, cipta, dan karsa.

13.Kacar-kucur
         Caranya pengantin pria menuangkan raja kaya dari kantong kain, sedangkan pengantin wanitanya menerimanya dengan kain sindur yang diletakkan di pangkuannya. Kantong kain berisi dhuwit recehan, beras kuning, kacang kawak, dhele kawak, kara, dan bunga telon (mawar, melati, kenanga atau kanthil). Makna dari kacar kucur adalah menandakan bahwa pengantin pria akan bertanggungjawab mencari nafkah untuk keluarganya. Raja kaya yang dituangkan tersebut tidak boleh ada yang jatuh sedikitpun, maknanya agar pengantin wanita diharapkan mempunyai sifat gemi, nastiti, surtini, dan hati-hati dalam mengatur rejeki yang telah diberikan oleh suaminya.

14.Dulang-dulangan
         Dengan disaksikan orang tua pengantin putri dan kerabat dekat, sepasang pengantin makan bersama, saling menyuapi. Mempelai pria membuat tiga kepal nasi kuning dengan lauknya berupa telor goreng,tempe, kedelai, abon, ati ayam. Lalu ia menyuapkan kepada istrinya, sesudah itu ganti sang istri menyuapi suaminya, diakhiri dengan minum teh manis bersama. Ini melambangkan bahwa mulai saat ini keduanya akan mempergunakan dan menikmati bersama  apa yang mereka punyai.

15. Pedot panggang
         Pedot panggang yaitu medandakan penghasilan suami dan istri, jika sang suami mendapatkan panggang yang besar maka ia mempunyai penghasilan yang besar juga. Begitu pula sang istri.

16.Sungkeman

        Sungkeman adalah suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin duduk jengkeng dengan memegang dan mencium lutut kedua orangtua, baik orangtua pengantin putra maupun orangtua pengantin putri. Makna upacara sungkeman adalah suatu simbol perwujudan rasa hormat anak kepada kedua orangtua.
0 Komentar untuk "Tradisi Perkawinan Masyarakat Banyumas"

Back To Top