Asal Usul Tanah Jawa Dan Aksara Jawa menyimpan
cerita yang mengandung nasihat, dan pesan dari leluhur yang banyak digunakan
saat ini. Bagaimanakah sejarah tanah jawa dan aksara jawa yang biasa kita
pelajari saat sekolah dasar?
Dimulai pada masa kerajaan Medang Kamulyan
yang saat itu dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Dewata Cengkar. Pada
suatu ketika sang prabu meminta kepada juru masak kerajaan untuk memasak gulai
kambing. Pada saat memakan gulai tersebut, Prabu Dewata Cengkar terkejut saat
mengunyah sebuah tulang kecil dibalut daging. Rasanya sangat enak dan berbeda
dengan tulang lainnya yang terdapat dalam gulai tersebut.
Kemudian dia memanggil sang juru masak dan
menanyakan tulang lezat yang barusan dia makan. Namun sang juru masak tidak mau
mengatakannya, sampai akhirnya Prabu Dewata Cengkar marah dan mengancam akan
membunuh juru masak itu jika tidak mau mengatakan asal usul tulang yang
dia makan. Karena takut sang juru masak pun menjawab yang ternyata tulang
tersebut adalah jari telunjuknya yang teriris saat memotong tulang kambing.
Dengan tertawa terbahak bahak Prabu Dewata
Cengkar memanggil pengawalnya,.. “Pengawal,...tangkap juru masak,...ikat
dia,..cincang tubuhnya dan masak dia!”
Akhirnya tubuh sang juru masak benar benar
dimasak sang prabu, karena dia merasakan sensasi kelezatan luar biasa yang
belum pernah dia rasakan pada masakan sebelumnya. Hal tersebut menjadikan Prabu
Dewata Cengkar ketagihan masakan daging manusia. Berita menyebar,..warga
ketakutan dan mulai meninggalkan Medang Kamulyan karena kebiasaan raja mereka
yang mengerikan.
Kejadian ini membuat kahyangan gempar dan
mengusik Aji Saka untuk segera turun memberikan pelajaran pada Prabu Dewata
Cengkar. Aji saka menyamar menjadi seorang pemuda yang gagah dan tampan
didampingi dua abdi setianya Dora dan Sembodo. Aji Saka melepas pakaiannya
sebelum berangkat ke Medang Kamulyan dan berpesan kepada Sembodo agar menjaga
pakaian yang menjadi pusaka miliknya dan tidak memberikannya pada siapapun
kecuali Aji Saka sendiri yang mengambilnya.
Aji Saka berangkat bersama Dora menuju
kekerajaan Medang Kamulyan untuk menemui Prabu Dewata Cengkar untuk memastikan
kabar berita adanya seorang raja yang suka memakan daging manusia.
Ternyata benar, begitu sampai didepan
istana Aji Saka ditangkap dan Prabu Dewata Cengkar menyuruh pengawalnya untuk
memasak tubuh Aji Saka. Aji Saka bersedia dimasak tapi dia mengajukan sebuah
permintaan. Dia meminta agar raja memberikannya sejengkal tanah sesuai ukuran
badannya untuk mengubur bagian tubuhnya yang tidak dimakan oleh raja . Dengan
sombong raja berkata “Ha,..ha,..ha,.. jangankan sejengkal, kamu minta satu alun
alun pasti akan kuturuti permintaanmu!” Aji Saka lalu merebahkan tubuhnya
ditanah dan meminta sang raja untuk mengukur panjang tubuhnya.
Prabu Dewata Cengkar mulai mengukurnya dari
ujung rambut akan tetapi sudah seharian dan hampir seluas kerajaan belum juga
sampai pada ujung kaki Aji Saka karena kesaktiannya. Sampai akhirnya sang raja
sampai di jurang dekat lautan dan karena lengah Prabu Dewata Cengkar terjatuh
dan menemui ajalnya.
Aji Saka berhasil membunuh raja Medang
Kamulyan dan memberitahukan kabar berita ini keseluruh negri. Rakyat yang
mendengar berita tersebut berbondong bondong kembali ke Medang Kamulyan. Karena
raja mereka telah mati akhirnya rakyat mengangkat Aji Saka sebagai raja mereka.
Aji Saka menerimanya dan memberi nama Tanah Jawi (Jawa) untuk kerajaan barunya.
Aji Saka teringat pusaka yang dititipkan
kepada Sembodo abdi setianya sebelum berangkat. Dia menyuruh Dora untuk
mengambil pakaian yang merupakan pusakanya tersebut. Dora berangkat menemui
Sembodo akan tetapi Sembodo tidak mau memberikan pusaka itu karena teringat
pesan Aji Saka tuannya untuk tidak memberikan pada siapapun kecuali Aji Saka
sendiri yang mengambilnya. Terjadilah pertengkaran sengit karena Dora tidak mau
pulang dengan tangan kosong. Sampai akhirnya perkelahian tidak terhindarkan
demi menjaga amanat masing masing.
Aji Saka mulai gelisah karena abdinya tak
kunjung datang, dan diapun pergi untuk menyusulnya. Sesampainya disana, Aji
Saka terkejut melihat kedua abdi setianya sudah menjadi mayat. Dia tersadar
telah memberi pesan kepada Sombodo untuk menjaga pakaiannya dan pada Dora untuk
mengambilnya. Sedih dan kalut menyelimuti jiwa Aji Saka sampai akhirnya dia
berteriak dengan suara yang aneh dan terdengar sangat keras keseluruh negeri
sampai mengguncang kahyangan.
Rakyat
berdatangan menuju lokasi suara dan melihat raja mereka berada disana sambil
terus berteriak aneh. Seorang
rakyat bertanya pada raja mereka ada apa dengan Aji Saka hingga dia begitu
kalut dan sedih sampai berteriak seperti itu.
Aji Saka bangkit dan menjelaskan
teriakannya yang berbunyi :
“Hana Caraka, Data Sawala, Pada Jayanya,
Maga bathanga” yang memiliki arti “Dua utusan yang saling berselisih sama
kuatnya inilah mayatnya” yang sekarang menjadi aksara jawa yang kita kenal. Dia
juga berpesan kepada rakyatnya untuk selalu mengingatnya karena saat itu adalah
saat paling Kalut untuk Tanah Jawa.
Demikian kisah Asal Usul Tanah Jawa
Dan Aksara Jawa semoga bermanfaat dan memberikan wawasan baru untuk kita dalam
hal Seni Jawa Kuno.
Tag :
Sejarah
0 Komentar untuk "Asal Usul Tanah Jawa Dan Aksara Jawa."