Seluruh
umat Hindu Bali akan merayakan hari raya Nyepi, Selasa (28/3). Berbeda dengan
hari raya umumnya yang bingar bingar, hari raya Nyepi ini benar-benar identik
dengan suasana sepi dan gelap gulita.
Lalu, bagaimana asal muasalnya penganut Hindu Bali merayakan hari raya
Nyepi?
Agama Hindu berasal dari India dengan kitab sucinya Weda. Di awal abad masehi,
bahkan sebelumnya, Negeri India dan wilayah sekitarnya selalu mengalami krisis
dan konflik sosial berkepanjangan.
Pertikaian antar suku-suku bangsa (Suku Saka, Pahiava, Yueh Chi, Yavana, dan
Malaya) kerap melahirkan pemenang yang silih berganti. Gelombang perebutan
kekuasaan antar suku menyebabkan terombang-ambingnya kehidupan beragama kala
itu.
Pola pembinaan kehidupan beragama pun menjadi beragam, baik karena ikut-ikutan
umat kepada kelompok-kelompok suku bangsa, maupun karena perbedaan penafsiran
terhadap ajaran yang diyakini.
Pertikaian panjang itu pada akhirnya dimenangkan suku Saka di bawah pimpinan
Raja Kaniskha I.
Raja Manisha I kemudian dinobatkan menjadi Raja dari turunan Saka pada tanggal
1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 1 Saka, atau pada bulan
Maret tahun 78 masehi.
Sejak itulah ditetapkan adanya tarikh atau perhitungan tahun Saka, yang satu
tahunnya juga sama-sama memiliki 12 bulan.
Bulan pertamanya disebut Caitramasa, bersamaan dengan bulan Maret tarikh Masehi
dan Sasih Kesanga dalam tarikh Jawa dan Bali di Indonesia.
Sejak itu pula kehidupan bernegara, bermasyarakat dan beragama di India ditata
ulang.
Oleh karena itu, peringatan Tahun Baru Saka bermakna sebagai hari kebangkitan,
hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi,
hari kedamaian, sekaligus hari kerukunan nasional.
Keberhasilan ini disebar-luaskan ke seluruh
daratan India dan Asia lainnya, bahkan sampai ke Indonesia.
Kehadiran Sang Pendeta Saka bergelar Aji Saka tiba di Jawa, tepatnya di Desa
Waru Rembang Jawa Tengah pada tahun 456 Masehi, dimana pengaruh Hindu di
Nusantara saat itu telah berumur 4,5 abad.
Rangkaian Pergantian Tahun Saka
Peringatan tahun Saka di Indonesia dilakukan dengan cara Nyepi (Sipeng) selama
24 jam. Adapun rangkaian acaranya adalah:
1. Upacara melasti, mekiyis dan melis
2. Menghaturkan bhakti/pemujaan
3. Tawur Agung/mecaru
4. Nyepi (Sipeng)
Dilakukan dengan melaksanakan catur brata penyepian (amati karya, amati geni,
amati lelungan dan amati lelanguan).
5. Ngembak Geni.
Dialog Spiritual
Sesungguhnya seluruh rangkaian Nyepi dalam rangka memperingati pergantian tahun
baru saka itu adalah sebuah dialog spiritual yang dilakukan oleh umat Hindu,
agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis, serta sejahtera dan
damai.
Mekiyis dan nyejer/ngaturang bakti di Balai Agung adalah dialog spiritual
manusia dengan alam dan Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala manifetasi-Nya serta
para leluhur yang telah disucikan.
Tawur Agung dengan segala rangkaiannya adalah dialog spiritual manusia dengan
alam sekitar para bhuta, demi keseimbangan bhuana agung bhuana alit.
Pelaksanaan catur brata
penyepian merupakan dialog spiritual antara din sejati (Sang Atma) seseorang
umat dengan sang pendipta (Paramatma) Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam din
manusia ada sang din /atrnn (si Dia) yang bersumber dan sang Pencipta Paramatma
(Beliau Tuhan Yang Maha Esa).
Sima krama atau dharma Santi adalah dialog antar sesama tentang apa dan
bagaimana yang sudah, dan yang sekarang serta yang akan datang.
Bagaimana kita dapat meningkatkan kehidupan lahir batin kita ke depan dengan
berpijak pada pengalaman selama ini.
Maka dengan peringatan pergantian tahun baru saka (Nyepi) umat telah melakukan
dialog spiritual kepada semua pihak, dengan Tuhan yang dipuja, para leluhur,
dengan para bhuta, dengan diri sendiri dan sesama manusia, demi keseimbangan,
keharmonisan, kesejahteraan, dan kedamaian bersama.
Dharma Santi
Adapun Dharma Santi sebagai rangkaian akhir Nyepi merupakan hal yang wajib
dilaksanakan, baik di lingkungan keluarga, warga dekat maupun warga bangsa.
Dharma Santi dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja setelah Nyepi asal
tidak lewat dari waktu kurang lebih sebulan sesudah Nyepi.
Jadi, pergantian Tahun Saka adalah peringatan dari kebangkitan dan pembaharuan.
Nyepi adalah renungan kesadaran untuk pengendalian diri. Dharma santi adalah
dialog sesama demi keseimbangan hidup lahir bathin.
Tag :
Kearifan lokal,
Sejarah
0 Komentar untuk "Asal Usul Hari Raya Nyepi"